PURBALINGGA – Memainkan peran yang krusial, sektor pertanian nyatanya memiliki sederet tantangan, termasuk keterbatasan modal bagi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Mengatasi hal itu, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) menggelontorkan dana stimulan untuk para kelompok tani.

“Bantuan dana stimulan ini sudah dilaksanakan sejak 2021. Dana stimulan ini bukan hutang di bank sehingga harus nyaur (melunasi, red). Akan tetapi ini adalah dana bantuan dari pemerintah untuk para kadang tani yang semangat meningkatkan produktivitas pertanian di Purbalingga,” jelas Bupati Tiwi saat bertatap muka dengan sambang tani se-Kecamatan Bojongsari dalam acara “ Bupati Sambang Tani” di Desa Gembong, Jumat (23/08/2024).

Bupati Tiwi menjelaskan, besaran dana stimulan yang diberikan jumlahnya bervariasi, berkisar antara Rp 10-50 juta. Petani melalui kelompok tani-nya bisa mengakses bantuan stimulan ini dengan cara menyampaikan surat permohonan melalui Dinas Pertanian.

“Njenengan hanya perlu bersurat permohonan, disampaikan di dalam surat, tujuan dan pemanfaatan dana stimulan secara spesifik. Untuk memudahkan saat survey yang dilakukan oleh kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) atau penyuluh pertanian,” kata Bupati Tiwi.

Terkait upaya peningkatan produktivitas pertanian di Purbalingga, Bupati Tiwi menegaskan pihaknya siap untuk memfasilitasi kebutuhan pertanian dengan tujuan mendorong para petani bisa percepatan olah tanah dan tanam.

“Tolong kepada BPP bisa memberikan prioritas bantuan kepada para kadang tani yang dalam satu tahun baru bisa satu atau dua kali panen. Jadi yang butuh alsintan segera kirim alsintan, yang butuh revitalisasi irigasi, tolong menjadi prioritas,” kata Bupati.

Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Padamara, Diki Asidi mengatakan, Kecamatan Bojongsari memiliki sawah seluas 1.149,4 hektare (ha). Dari luas sawah tersebut yang sudah IP300 atau produktivitas padi dengan 3 kali tanam setahun hanya 1005 ha.

“Permasalahan utama pertanian di Bojongsari antara lain terkait kuota pupuk yang dianggap masih kurang, kondisi irigasi pertanian banyak yang rusak, produktivitas rendah karena serangan hama/ penyakit tanaman,” ungkap Deki. (tha/prokompim)