PURBALINGGA -Momentum Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 diperingati dengan khidmat di Kabupaten Purbalingga. Upacara yang digelar di Halaman Pendapa Dipokusumo ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Dimas Prasetyahani. Dalam amanatnya, beliau mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak sekadar memperingati tanggal historis, namun juga merenungi kembali semangat kebangkitan nasional sebagai fondasi membangun masa depan Indonesia.
“Hari ini, kita tidak hanya mengenang tanggal dalam kalender nasional, tetapi membuka kembali halaman penting perjuangan bangsa. Halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan kesadaran, persatuan, dan keberanian untuk bangkit dari keterjajahan,” tegas Wakil Bupati Dimas dalam pidatonya.
Mengutip semangat kelahiran Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, Wabup menegaskan bahwa kebangkitan nasional tidak pernah berhenti. Di tengah tantangan modern seperti disrupsi teknologi, ketegangan geopolitik, dan ancaman kedaulatan digital, Indonesia harus tampil sebagai bangsa yang adaptif, mandiri, dan menjadi solusi di panggung dunia.

“Kita hidup di era ketika peradaban ditentukan oleh kemampuan beradaptasi. Indonesia tidak boleh menjadi penonton. Kita harus menjadi pemimpin perubahan,” ujarnya.
Dalam peringatan ini, Pemerintah Kabupaten Purbalingga juga menegaskan dukungannya terhadap langkah-langkah awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Termasuk program-program dasar seperti makan bergizi gratis untuk 3,5 juta anak, layanan kesehatan gratis bagi ratusan ribu warga, hingga penguatan pelatihan vokasi dan transformasi digital di berbagai daerah, termasuk Papua.
Dimas menyampaikan bahwa pembangunan yang sejati harus berangkat dari kehidupan rakyat yang tenang, perut yang kenyang, dan hati yang lapang. Menurutnya, transformasi besar dimulai dari hal-hal sederhana yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Di tingkat nasional, pemerintah telah menetapkan Asta Cita—delapan misi besar—sebagai arah baru pembangunan Indonesia. Arah ini tidak hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keadilan dan pemerataan. Kebijakan fiskal, program sosial, dan strategi nasional dirancang agar setiap rakyat, dari kota besar hingga pelosok desa, merasa dilibatkan dan diberdayakan.
“Kebangkitan sejati bukan yang hanya tampak di permukaan, melainkan yang tumbuh dari akar nilai kemanusiaan dan berbuah pada keadilan yang dirasakan semua,” tutup Dimas.
Upacara ini ditutup dengan semangat menggelorakan kembali cita-cita nasional yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa oleh peserta upacara dari berbagai kalangan, mulai dari ASN, TNI-Polri, hingga organisasi masyarakat. (tha/prokompim)
Recent Comments