PURBALINGGA – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Purbalingga dituntut untuk mengembangkan inovasi program kegiatan dan konsisten menjalankannya. Khususnya program yang memberi dampak langsung maupun tidak langsung dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan.

“Inovasi sudah dilakukan, hanya saja dari inovasi itu dibutuhkan keberlanjutan dan kebermanfaatannya, jangan hanya hidup di awalnya saja,” kata Wakil Bupati Purbalingga melalui Sekretaris Daerah, Herni Sulasti dalam acara High Level Meeting (HLM) dan Coaching Clinic TPID Kabupaten Purbalingga, Jum’at (2/8/2024) di OR Graha Adiguna.

Ia menekankan, pengendalian inflasi bukan pekerjaan sekretariat TPID saja, akan tetapi seluruh stakeholder pemangku kepentingan. Sekda menginginkan, Kabupaten Purbalingga bisa lebih berperan banyak dalam pengendalian inflasi. Hal ini harus linear dengan capaian Purbalingga yang berhasil menurunkan angka kemiskinan.

“Kata kuncinya, kita saja bisa berhasil menurunkan angka kemiskinan, bahkan terbaik angka turunnya di Jawa Tengah sebesar 0,81% tahun ini. Namun dalam pengentasan kemiskinan masih ada upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi supaya daya beli masyarakat tetap terjaga,” katanya.

Plh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Oki Hermawan mencatat tahun 2023 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih positif di angka 4,98%, dan Purbalingga juga tumbuh 4,51%. Sedangkan inflasi posisi Bulan Juli 2024, tiga bulan berturut-turut Jawa Tengah maupun kabupaten/kota di dalamnya mengalami deflasi.

“Juli kemarin, Purwokerto deflasi -0,20% mtm. Cilacap juga deflasi -0,06% mtm,” kata Oki.

Angka inflasi Kabupaten Purbalingga sendiri masih berpatokan pada dua kabupaten tersebut. Oki menjelaskan target nasional secara year on year (yoy) angka inflasi bisa terkendali pada  2,5±1%. Level tersebut dinilai paling moderat baik bagi konsumen maupun produsen.

“Sebab kalau deflasi terus, bagi para pelaku usaha tidak ada trigger untuk meningkatkan produksinya. Sementara kalau ketinggian, konsumennya akan kesulitan membeli komoditasnya,” katanya.

Deflasi bulan Juli ini didorong turunnya harga komoditas Bawang Merah, cabai Merah, Telur Ayam Ras, Kacang Panjang, Bawang Putih, Tomat dan Labu Siam. Sedangkan komoditas yang mengalami inflasi bulan Juli antara lain: Cabai Rawit, Beras, Kopi Bubuk, Mobil, Minyak Goreng, Daging Ayam Ras, tarif Tiket KA dan Pendidikan lainnya.

Sekretaris TPID Kabupaten Purbalingga, Mukodam menyebut sejumlah upaya telah dilakukan TPID Purbalingga dalam mengendalikan inflasi. Antar lain : subsidi solar alsintan, asuransi usaha tani padi, infrastruktur irigasi, subsidi bunga, kredit mawar (bunga 0%), Macan Manis (mama cantik menanam cengis), pemberian bibit cabai.

“Kami juga ada upaya mengurangi ketergantungan pupuk kimia dari pemerintah yaitu dengan penyediaan pupuk organik gratis. Kegiatan kita sudah cukup banyak hanya saja report kita yang perlu kita dorong,” katanya.

Untuk diketahui, HLM TPID ini mengundang mitra pemerintah dalam pengendalian inflasi antara lain Perumda Puspahastama, Hiswana Migas, Badan Usaha Milik Petani Lumpang Mas, Asosiasi Petani Hortikultura, paguyuban masyarakat Organik Purbalingga, Paguyuban Wanita Tani Purbalingga. Selain itu juga mengundang Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Kebumen untuk memberikan ilmu success story pengendalian inflasi Kebumen.(Gn/Prokompim)